Kamis, 25 Oktober 2012

My Thesis Journal

Selesai penelitian sekitar 6 bulanan ni,,, tp Alhamdulillah hasilnya memuaskan,,,,^^
(sebenernya dilakuin 1 analisa lain, namanya analisa SEM <Scanning Electron Microscope>  tapi kata Someone hasilnya gak boleh di publikasikan 
dulu,,,mungkin takut dijiplak,,hehe^^
Okey langsung saja,,,,,,,,



THE EFFECT OF SOAKING IN CALCIUM HIDROXIDE (Ca(OH)2) AND NATRIUM BICARBONATE (NaHCO3) ON THE CHARACTERISTICS OF COCOYAM CHIPS (Xanthosoma Sagittifolium)
Candra Luki Y1), Fithri Choirun Nisa,STP.MP2)
1. Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
2. Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

ABSTRACT
The food neccessity increase with the increasing population number. One of popular necessities successfully distributed in market is chip, and cocoyam chip is one of well known chip. Cocoyam chip can be processed with various ways and has delicious taste. This product compete with talas or Colocasia esculenta. In this research, the researcher found something difficult in producing cocoyam chip, that has crispy and crunchy characteristic. In fact, crunchy and crispy chips are considered as main factors of qualified chip products.
There are some soaking solutions generally used for the submersion of cocoyam chip product. One of which is calcium hydroxide (Ca(OH)2) whose functions in amplifying texture and reducing moisture content. Submersion can also use Natrium Bicarbonate (NaHCO3) which can form CO2 gas when heated. Then, it is expected to give more crunchy texture to the Cocoyam chips.
This research was aimed to understand the effect of soaking solutions Natrium Bicarbonate (NaHCO3) and Calcium Hydroxide (Ca(OH)2) to the texture, water content, the fractures, and Organoleptic in the manufacture of cocoyam chips with different soaking solutions. This research was proposed by using the Random Group (RGD) arranged in a single factor with three replications. The factor was the type of soaking solutions consisted of three kinds of the water, Sodium Bicarbonate, and Calcium Hydroxide.
The results showed that the use of soaking solutions of 1% NaHCO3 gained moisture content of 2.62%, the fracture of 1404.15 N/m. For soaking solutions of (Ca (OH)2) 2% was obtained moisture content  of 2.6%, the fracture of 1235.65 N / m. The best treatment results obtained by cocoyam chips soaked with NaHCO3 with the crispness of 6.15 (like); appearance of 5.25 (almost like); Sense of 5.2 (almost like); Color of 5.75 (almost like).

Keywords: Cocoyam (Xanthosomasagittifolium), Calcium Hydroxide (Ca(OH)2) ,
 Natrium Bicarbonate (NaHCO3)

PENDAHULUAN

Salah satu jenis makanan ringan yang cukup berhasil di pasaran adalah keripik. Di Indonesia, kimpul ini sudah diolah menjadi keripik kimpul dengan berbagai macam rasa dan enaknya tidak kalah dengan kepirik talas, bahkan memiliki rasa khas yang lebih gurih (Rizky, 2009).
Masalah yang dihadapi dalam pembuatan keripik kimpul adalah masih terlalu keras dan kurang begitu renyah yang dikarenakan perbedaan jenis pati kimpul dibandingkan dengan jenis umbi yang lain, mengingat bahwa kerenyahan (tekstur internal) merupakan faktor penentu mutu produk-produk chips sehingga produk yang dihasilkan sesuai standart (Matz, 1984). Menurut Andre (2010), Masalah yang sering dihadapi pada pembuatan keripik adalah kerenyahannya, oleh karena itu perlu mencari alternatif lain yaitu dengan penambahan Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) dan Natrium Bikarbonat (NaHCO3) sebagai perenyah. 
Natrium Bikarbonat disebut juga soda kue adalah salah satu pengembang kue dan perenyah gorengan. Berupa bubuk putih, apabila dicampurkan dalam adonan akan menghasilkan gas CO2 (Winarno, 1992). Gas CO2 ini yang diharapkan dapat membentuk suatu pori-pori dalam keripik kimpul yang dihasilkan. Semakin banyak pori-pori yang terbentuk, tekstur keripik yang dihasilkan akan semakin renyah (Vikers, 1987 dalam Shinta, dkk., 1995). Begitu pula Kalsium Hidroksida atau biasa disebut kapur sirih, larutan  kapur sirih disini digunakan  sebagai  bahan perendaman irisan kimpul dalam pembuatan keripik. Menurut Bryant dan Hamaker (1997) juga melaporkan bahwa pada pH larutan yang tinggi, Ca(OH)2 akan terionisasi menjadi Ca2+ dan OH- membentuk ikatan silang dengan pati. Interaksi Ca2+ akan menstabilkan dinding granula pati sehingga granula pati lebih keras dan kuat.
 Faktor yang dikaji adalah pengaruh penambahan Natrium Bikarbonat dan Kalsium Hidroksida terhadap kualitas keripik yang dihasilkan. Dilakukan analisa kadar air, daya patah dan tingkat kesukaan organoleptik dalam pembuatan keripik kimpul untuk mengetahui pengaruh perbedaan karakteristik keripik kimpul dengan perbedaan masing – masing perendamannya.

METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan keripik kimpul meliputi Pisau Stainless Steel, Cetakan dari pipa besi, Pengupas buah , Telenan kayu, Slicer, Kompor, Stopwatch, Wajan Stainless Steel, Baskom plastik, Toples plastic, Timbangan Metler E2000, Tissu, gelas ukur 1000 ml, penggorengan dan Tirisan.  Sedangkan peralatan yang digunakan untuk analisa adalah Beaker glass untuk mengukur volume air, Cawan Petri sebagai tempat sampel saat pengujian kadar air, Penetrometer untuk mengukur kekerasan sampel, Timbangan digital untuk mengukur massa sampel, Oven untuk mengeringkan sampel saat pengujian kadar air, SEM Tipe FEI Inspect S50 untuk memperoleh foto mikrostruktur sampel.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik kimpul adalah Kimpul (Xanthosoma sp) yang diperoleh dari BAPEDA Malang, air, bawang putih, garam, dan Natrium Bikarbonat (NaHCO3), Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) yang didapatkan dari Toko Makmur Sejati Malang.
.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktor tunggal dengan 3 kali ulangan. Faktornya adalah jenis bahan perendam yang terdiri dari 3 level yakni air, Natrium Bikarbonat dan Kalsium Hidroksida
Faktor tunggal =  Bahan perendam (K)
Level K1  =  air (H2O)
Level K2  =  Natrium Bikarbonat (NaHCO3)
Level  K3 =  Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)
Sebelum  penentuan  ketiga level diatas dilakukan PP (Penelitian Pendahuluan) untuk mendapat formula berapa persen  konsentrasi dan derajat  suhu yang terbaik untuk mewakili setiap level dengan uji organoleptik. Terdapat dua faktor dalam PP yakni konsentrasi perendam (%) dan suhu yang dipakai dalam penggorengan (0C).
•Faktor A tiga taraf  :  (1, 2, 3 %)
•Faktor B dua taraf  : (160°C± 10°C, dan 
190°C± 10°C)
Masing-masing kombinasi perlakuan dari kedua faktor tersebut diulang 3 kali, sehingga ada 18 perlakuan dan dua tabel untuk menentukan masing- masing perlakuan terbaik dari perendaman  NaHCO3 dan Ca(OH)2. Hasil PP uji organoleptik untuk perlakuan terbaik dari beda konsentrasi antara NaHCO3 dan Ca(OH)2 dapat dilihat dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Hasil perlakuan terbaik didapatkan konsentrasi larutan NaHCO3 1% dan konsentrasi larutan Ca(OH)2 2%.

Prosedur Penelitian
1.    Preparasi Sampel
Bahan utama yaitu kimpul dengan umur panen 7-9 bulan dengan bagian yang diambil yaitu 0,5 dari pangkal bahan untuk menyeragamkan granula pati, sesuai dengan penelitian Nurdjanah, et al., (2007), bahwa nilai kekerasan pada pangkal cenderung menurun walaupun kadar patinya memiliki nilai yang cukup besar dengan umur panen yang lama (9 dan 10 bulan), kemudian diameter 4-7 cm, berat 300-600 g. Pertama bahan dicuci bersih dengan air untuk menghilangkan rambut dan tanah yang masih melekat pada kulit kimpul. Kemudian kimpul dikupas dengan pengupas serta dicuci dan direndam dengan air. Pencucian dan perendaman yang kedua ini dimaksudkan untuk menghilangkan lendir yang dihasilkan bahan setelah pengupasan dan agar sifat fisik tetap terjaga karena kontaminasi dengan udara yang terlalu banyak akan membuat kenampakan bahan berubah menjadi coklat dan berbintik.
Setelah itu bahan diiris dengan slicer dengan ketebalan 1 mm dan dibawahnya terdapat baskom yang berisi air. Sehingga bahan hasil slicerakan langsung terendam di dalam air. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi bahan dengan udara yang akan mempengaruhi kenampakan dari bahan. Kemudian bahan dicetak di atas talenan dengan cetakan dari besi berdiameter 4 cm dan hasil cetakan masuk ke dalam baskom berisi air. Diagram alir pembuatan chips kimpul dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Chips
       Kimpul

2.    Proses Perlakuan
Pada tahap ini chips kimpul yang sudah dibuat direndam dalam bumbu yang diracik dari Garam (5%), Air (1 liter), selama 1 jam untuk 1Kg kimpul. Perendaman ini dimaksudkan untuk menghilangkan lendir yang dihasilkan bahan setelah pengupasan dan agar sifat fisik tetap terjaga karena kontaminasi dengan udara yang terlalu banyak akan membuat kenampakan bahan berubah menjadi coklat dan berbintik.  Kemudian chips kimpul yang telah direndam dipisah menjadi tiga yaitu yang chips kimpul yang direndam Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2 , Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dan yang direndam dengan Air (H2O) sebagai kontrol. Pada perlakuan perendaman dilakukan selama 60 menit. Setelah dilakukan perendaman kemudian direndam lagi dalam bumbu kedua yang diracik dari Bawang putih (5%), Garam (5%), Air (1 liter) untuk 1Kg kimpul. Perendaman dengan bumbu kedua ini juga diberlakukan pada chips kimpul yang direndam dengan air. Perendaman bumbu kedua ini dimaksudkan untuk memberi rasa gurih dan asin pada keripik.
Setelah itu dilakukan penggorengan selama 4 menit menggunakan kompor gas dan volume minyak goreng 1,5 liter dengan suhu penggorengan 160°C ±10°C. Proses penggorengan dilakukan dengan mencelupkan termometer (2500C) kedalam minyak goreng. Fungsi termometer ini sebagai sensor suhu di dalam penggorengan dan juga untuk menjaga suhu minyak penggorengan agar tetap stabil terhadap suhu yang telah ditentukan. Karena kestabilan suhu pada penggorengan keripik akan sangat menentukan warna, kerenyahan, dan tesktur keripik yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini, faktor yang dihomogenkan antara lain : Umbi kimpul yang digunakan dengan umur panen 7-9 bulan, berdiameter minimal 4-7 cm, berat 300-600g, umbi diambil dari 0,5 dari panjang umbi bagian pangkal tunas untuk menyeragamkan jumlah granula pati Diagram alir proses perlakuan chips kimpul dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.  Diagram Alir Pembuatan Keripik Kimpul

Parameter Pengamatan
Parameter yang diukur meliputi kadar air, daya patah , uji organoleptik (kenampakan, warna, rasa, kerenyahan. Pelaksanaan pengamatan terhadap parameter – parameter tersebut dilaksanakan dengan menggunakan cara sebagai berikut, kadar air menurut Sudarmadji dkk, (1997). Daya patah menggunakan metode menurut Yuwono dan Susanto, (2001). Uji organoleptik (kenampakan, warna, rasa, kerenyahan) menggunakan metode Hedonik Scale (tingkat kesukaan) menurut Idris (1984) dengan melibatkan panelis sebanyak 20 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.        Hasil Perlakuan Terbaik Setiap Perlakuan Pada Penelitian Pendahuluan
Berdasarkan data penelitian pendahuluan dalam menentukan jumlah persen perendaman  dan suhu penggorengan menggunakan uji organoleptik,  didapat masing-masing satu perlakuan terbaik antara perendaman larutan NaHCO3 dan  Ca(OH)2. Hasil perlakuan terbaik uji organoleptik berdasarkan parameter warna, rasa, kerenyahan dan kenampakan untuk perlakuan dari beda konsentrasi untuk perendaman menggunakan NaHCO3 diperoleh nilai tertinggi pada uji organoleptik dengan konsentrasi 1 % dan menggunakan suhu penggorengan 160°C. Perendaman Ca(OH)2 diperoleh nilai tertinggi pada uji organoleptik pada konsentrasi 2% dan juga dengan suhu penggorengan 160°C.  Perbedaan persen konsentrasi antara perendaman NaHCO3 dan Ca(OH)2 karena larutan NaHCO3 memiliki tingkat kemurnian yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan Ca(OH)2.
Suhu terbaik dalam pembuatan keripik kimpul dengan menggunakan perendaman NaHCO3 dan Ca(OH)2 memiliki kesamaan yakni menggunakan suhu 160 °C. Hal ini karena dalam pembuatan produk olahan keripik, api yang digunakan adalah api dengan ukuran kecil sehingga pemanasan minyak berlangsung cukup lama antara 15-30 menit agar hasil penggorengan yang didapat maksimal.

PENELITIAN UTAMA
1.      Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu sebuah keripik, karena besarnya kadar air pada sebuah keripik akan mempengaruhi tingkat kerenyahan suatu keripik mengingat tingginya kadar air dalam bahan kimpul sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, rerata kadar air keripik kimpul yang dihasilkan berkisar antara 2,64% sampai 3,97%. Pengaruh perlakuan perendaman larutan Natrium Bikarbonat dan Kalsium Hidroksida dan  Air (kontrol) terhadap kadar air dapat dilihat dalam Gambar 3.

Gambar 3. Gafik Rerata Kadar Air Keripik Kimpul Akibat Pengaruh Perendaman Air (Kontrol), NaHCO3, Ca(OH)2.

            Berdasarkan Gambar 3 Rerata kadar air terendah (2,64%) terdapat pada perlakuan perendaman larutan Ca(OH)2 dengan konsentrasi 2% dan pada perendaman larutan NaHCO3 1% kadar airnya sebesar 3,27%. Kadar air tertinggi pada keripik kimpul yang hanya diberi perlakuan perendaman dengan air saja sebesar 3,97%.
 Nilai rerata kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman dengan air (kontrol) yakni sebesar 3,978%, sedangkan rerata kadar air NaHCO3 sebesar 3,279%. Rerata nilai kadar air terendah terdapat pada perlakuan perendaman Ca(OH)2 sebesar 2,648%. Hal ini dikarenakan bahan selama perlakuan perendaman dalam larutan Ca(OH)2 mengalami proses penguapan air melalui proses difusi dimana Ca dari larutan Ca(OH)2 masuk kedalam chip kimpul dan menggeser kandungan air yang berada dalam bahan, sehingga menyebabkan pori-pori dalam granula pati membesar dan membuat air dalam bahan lebih mudah menguap. Menurut Priyanto (1986), proses difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Adanya perbedaan tekanan ini menyebabkan Ca dari luar berpindah kedalam chip kimpul sedangkan kandungan air berpindah dari dalam ke luar sel. Perpindahan air dari dalam ke luar sel yang besar mengakibatkan kadar air semakin menurun. Penambahan Ca(OH)2 menimbulkan  semakin menurunnya kadar air dalam keripik akan mengakibatkan keripik tersebut semakin renyah.

2.      Daya Patah
Daya patah merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu sebuah keripik, karena dengan membandingkan daya patah pada sebuah keripik kita akan mengetahui tingkat kekuatan suatu keripik. Berdasarkan hasil penelitian, rerata tekstur keripik kimpul yang dihasilkan berkisar antara 1235,65 N/m sampai 1424,89 N/m. Pengaruh perlakuan perendaman dalam larutan Natrium Bikarbonat, Kalsium Hidroksida dan Air (kontrol) terhadap tekstur dapat dilihat dalam Gambar 4.
Gambar 4. Gafik Rerata Daya Patah Keripik Kimpul Akibat Beda Perendaman Ca(OH)2 Dan NaHCO3 .
Berdasarkan Gambar 4 Rerata daya patah keripik kimpul terendah (1235,65 N/m) terdapat pada keripik dengan perendaman Ca(OH)2 dengan konsentrasi 2 % dan pada perendaman larutan NaHCO3  1% nilai teksturnya sebesar 1404,153 N/m. Nilai tekstur tertinggi adalah keripik kimpul yang hanya diberi perlakuan perendaman dengan air saja sebesar 1424,89 N/m.
Larutan Ca(OH)2 memiliki nilai terendah dalam daya patah keripik kimpul, hal ini dikarenakan Ca(OH)2 memiliki kadar air yang paling rendah dibandingkan dengan NaHCO3 dan kontrol. Menurut Bryant dan Hamaker (1997) Ca(OH)2 akan terionisasi menjadi Ca2+ dan OH- membentuk ikatan silang dengan pati. Interaksi Ca2+ akan menstabilkan dinding granula pati sehingga granula pati lebih keras dan kuat. Sedangkan keripik kimpul dengan perendaman NaHCO3 memiliki nilai daya patah sebesar 1404,153 N/m, hal ini lebih rendah dibanding dengan kontrol yang memiliki nilai daya patah 1424,89 N/m.

3.      Organoleptik Kerenyahan
       Kerenyahan dinilai berdasarkan bunyi yang ditimbulkan bila sampel dipatahkan. Adapun Gambar yang menunjukkan adanya pengaruh beda perlakuan perendaman Ca(OH)2 dan NaHCO3 terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap kerenyahan disajikan pada Gambar 5.
  Gambar 5. Histogram Rerata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Kerenyahan Akibat Beda Perendaman Ca(OH)2 Dan NaHCO3.
       Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman NaHCO3 memiliki rerata kesukaan panelis terhadap tingkat kerenyahan paling tinggi yaitu 6,15 (menyukai) sedangkan pada perlakuan rendaman Ca(OH)2  memiliki nilai rerata kerenyahan 6,00 (menyukai) dan tingkat rerata kerenyahan terendah terdapat pada kontrol yaitu 5,65 (agak menyukai) Hal ini berbeda dengan pendapat Haryono (1979), bahwa kerenyahan berkaitan erat dengan kadar air produk, seharusnya produk paling renyah ada pada sampel dengan penambahan Ca(OH)2 dengan nilai kadar air 2,6481%, namun dalam hal ini panelis lebih menyukai sampel dengan larutan NaHCO3 .

4.      Organoleptik Kenampakan
       Pada penelitian ini, kenampakan merupakan sifat visual bahan makanan yang meliputi warna, bentuk, ukuran, dan kesesuaian. Kenampakan yang dimaksud pada produk keripik kimpul adalah kenampakan bentuk permukaan keripik, yakni banyak tidaknya gelembung-gelembung udara yang terdapat pada permukaan keripik kimpul tersebut. Gambar yang menunjukkan adanya pengaruh beda perlakuan perendaman dalam larutan Ca(OH)2 dan NaHCO3 pada tingkat kesukaan panelis terhadap kenampakan dapat dilihat pada Gambar 6.
 

Gambar 6. Histogram Rerata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Kenampakan Akibat Perendaman Ca(OH)2  dan NaHCO3

       Gambar 6 menunjukkan perlakuan perendaman NaHCO3 memiliki rerata kesukaan panelis terhadap kenampakan paling tinggi yaitu 5,25 (agak suka) sedangkan pada perlakuan rendaman kontrol memiliki nilai rerata kenampakan 4,80 (netral) dan tingkat rerata kenampakan terendah terdapat pada Ca(OH)2 yaitu 4,95 (netral).
       Dari data dihasilkan tingkat kesukaan panelis yang relatif berbeda tipis terhadap semua sampel yang diberikan. Hal ini disebabkan karena panelis kurang bisa membedakan kenampakan jumlah gelembung yang terdapat pada permukaan keripik kimpul, sehingga hampir semua produk dengan penambahan beda konsentrasi Ca(OH)2 dan NaHCO3 memiliki kenampakan gelembung yang relatif sama, apabila dilihat dengan mata

5.      Organoleptik Rasa
            Pada penelitian ini, cita rasa merupakan rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan yang dimakan, terutama yang dirasakan oleh indra pengecap, pembau, dan juga rangsangan lain seperti pahit, rasa dingin, dan penerimaan derajat panas di mulut. Rerata nilai kesukaan rasa keripik kimpul berkisar antar 4,99 (netral) sampai 5,20 (agak suka). Gambar yang menunjukkan adanya pengaruh beda perlakuan perendaman dalam larutan Ca(OH)2 dan NaHCO3 dan pada tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Histogram Rerata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Akibat Perendaman Ca(OH)2  dan NaHCO3

       Gambar 7 menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa akibat akibat perendaman NaHCO3 relatif lebih tinggi 5,20 (agak suka) dibanding dengan nilai tingkat kesukaan panelis dengan rendaman  Ca(OH)2 dan kontol yang memiliki nilai sama 4,95(netral) . Hal ini diduga disebabkan karena panelis merasakan rasa dari keripik kimpul dengan rendaman NaHCO3 memiliki aroma yang khas dari kimpul sendiri yang masih terasa, juga ditambah dengan lebih renyah dan baiknya penampakan menyebabkan rasa yang dihasilkan pada keripik kimpul dengan rendaman NaHCO3 memiliki nilai tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Utami (1992), bahwa keuntungan menggunakan natrium bikarbonat adalah relatif tidak mempengaruhi rasa, harga relatif murah dan tingkat kemurniannya tinggi.

6.      Organoleptik Tekstur
            Pada penelitian ini, warna merupakan indeks kualitas yang penting bagi produk makanan terutama dalam hal ini mutu keripik yang dihasilkan.Warna keripik kimpul yang dihasilkan berwarna putih keemasan. Rerata nilai warna dari penilaian 20 panelis berkisar antara 4,90 (netral) sampai 5,75 (agak suka). Gambar yang menunjukkan adanya pengaruh beda perlakuan perendaman dalam larutan Ca(OH)2 dan  NaHCO3 pada tingkat kesukaan panelis terhadap warna dapat dilihat pada Gambar 8.
 
Gambar 8. Histogram Rerata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna Akibat Perendaman Ca(OH)2  dan NaHCO3

       Gambar 8 menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna akibat perendaman NaHCO3 dan  kontrol adalah  relatif sama 5,70 (agak menyukai) dibanding terhadap sampel yang diberikan rendaman Ca(OH)2 memiliki nilai tingkat kesukaan rendah 4,90 (netral). Hal ini diduga karena pada awal perendaman dengan Ca(OH)2 chip kimpul sangat mudah terjadi browning sehingga warna yang dihasilkan lebih putih kecoklatan. Hal ini disebabkan karena sulfit dapat menghambat reaksi pencoklatan yang dikatalis enzim fenolase dan dapat memblokir reaksi pembentukan senyawa 5 hidroksil metal furfural dari D-glukosa penyebab warna coklat (Fenema, 1996). Pada perendaman NaHCO3 dan  kontrol chip kimpul tetap stabil berwarna putih sehingga warna yang dihasilkan relatif sama yaitu putih keemasan.

7.      Pemilihan Perlakuan Terbaik
       Pemilihan perlakuan terbaik untuk produk keripik kimpul dilakukan dengan membandingkan parameter-parameter dari setiap perlakuan dengan memberikan bobot nilai sesuai dengan prioritas dan pengaruhnya terhadap kualitas produk keripik kimpul.
       Produk dengan perlakuan perendaman larutan NaHCO3 dengan konsentrasi 1 % dengan nilai masing-masing parameternya sebagai berikut : parameter fisik; kadar air 2,602%, kekerasan 5,633 N, daya patah 1404,153 N/m  parameter organoleptik; kerenyahan 6,15 (suka), kenampakan 5,25 (agak suka/banyak gelembung), Rasa 5,20 (agak suka), Warna 5,75 (agak suka/putih keemasan). Secara organoleptik, produk keripik kimpul dengan perlakuan perendaman larutan NaHCO3 dengan konsentrasi 1 % dan suhu penggorengan 160°C paling diterima oleh panelis terutama kerenyahannya, yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan sifat fisik dan organoleptik.



KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
   Perlakuan perendaman larutan Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) dan Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dalam pembuatan keripik kimpul (Xanthosoma sagitiifolium), memberikan pengaruh terhadap karakteristik keripik kimpul yang dihasilkan, baik dari sifat fisik (kadar air dan nilai kekerasan) dan dari sifat organoleptik (kerenyahan, kenampakan, rasa, dan  warna). Hasil perlakuan terbaik diperoleh pada produk keripik kimpul dengan perlakuan perendaman larutan NaHCO3dengan konsentrasi 1% dan suhu penggorengan 160°C dengan nilai masing-masing parameternya sebagai berikut : parameter fisik; kadar air 2,625%, daya patah 1404.153 N/m, tekstur 5.633 N, parameter organoleptik; kerenyahan 6.15 (suka), kenampakan 5,25 (agak suka/ banyak gelembung), Rasa 5,2 (agak suka), Warna 5,74 (agak suka).
Struktur mikro keripik kimpul akibat adanya perendaman Natrium Bikarbonat (NaHCO3) mengalami kerusakan matriks pada kenampakan mikrostrukturnya yang dikarenakan keluarnya gas CO2 yang sebelumnya terperangkap pada granula patinya saat proses pemanasan. Sedangkan pada perendaman Ca(OH)2 memiliki kenampakan pada struktur mikro berupa Nampak samarnya ikatan matriks yang terbentuk, karena banyaknya Ca yang masuk dalam chip kimpul dan menggantikan kandungan air dalam granula pati sehingga menyebabkan tertutupnya ikatan matriks yang terbentuk.

SARAN
       Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mempelajari optimasi proses dalam pembuatan keripik kimpul sehingga memberikan pengaruh yang nyata pada hasil uji organoleptik melalui penambahan Ca(OH)2 dan NaHCO3 dan juga pemberian inofasi rasa dan bentuk pada produk kripik kimpul.

DAFTAR PUSTAKA
Andre D. P. 2010. Skripsi. Pengaruh Proporsi Labu Kuning : Tepung Tapioka Dan Penambahan Natrium Bikarbonat Terhadap Karakteristik Keripik Simulasi Labu Kuning. Program Studi Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Industri. UPN  Veteran. Surabaya
Bryant, C.M and B.R Hamaker. 1997. Effect of Lime and Gelatinization of Corn Flour and starch. J. of Cereal Chemistry No. 2 Vol. 74. American Association of Cereal Cemistry
Fenema, O. R. 1976. Food Chemistry. Marcel Dekker. New York.
Haryono, J. 1978 . Pembuatan Biskuit Ikan . Penerbit Liberty Dan PAU Pangan Dan Gizi UGM.Yogjakarta.
Idris, S. 1984. Metode Pengujian Bahan Pangan Secara Sensoris. NUFFIC-Unibraw/Animal Husbandry Miscellaneous. Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Matz, S. A. 1962. Food Texture.The Avi Publishing Co. Inc. Westport. Connecticut.
Nurdjanah, S. Susilawati dan Maya, R. S. 2007. Prediksi Kadar Pati Ubi Kayu (Manihot esculenta) Pada Berbagai Umur Panen Menggunakan Penetrometer. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian. Vol. 12, No. 2. Lampung.
Prianto, 1986.Teknik Pengawetan Makanan. PAU Pangan dan Gizi.UGM.Yogyakarta.
Rizky K. W. 2009. Umbi Kimpul. Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Penerbit Liberty Dan PAU Pangan Dan Gizi UGM. Yogjakarta.
Utami, I. S. 1992.Pengolahan Roti. PAU Pangan dan Gizi UGM.Yogyakarta.
Vickers, Z. 1979. Crispines and Crunchines od Food. In Food Texture and Rheology.Academic Press. London.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia. Jakarta.
Yuwono, S dan Susanto, T. 2001. Pengujian Fisik Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang..








 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar